Selasa, 10 April 2018

ELPSA di CANBERRA

CATATAN  M. NAZRI TENTANG KEGIATAN KUNJUNGAN SEKOLAH DI CANBERRA
1. Alfred Deakin High School (15 -16 Pebruari 2016)

Tampak luar tidak ada yang istimewa dari gedung sekolahnya. Hanya berbentuk balok yang bersusun rapi. Setelah menunggu beberapa saat kami disambut oleh salah satu gurunya yakni Ibu Cristine. Beliau adalah guru bahasa Indonesia disekolah ini. Dari beliau kami banyak belajar tentang kondisi sekolah serta pengalaman beliau ketika menimba ilmu di Indonesia. Tak berselang waktu lama kami ditemui oleh Kepala Sekolahnya yakni Ibu Brenda lalu kami dipersilahkan masuk keruang pertemuan gurunya. Ternyata beliau sangat ramah dan berbicara pelan mengingat kami kebanyakan tidak bias berbahasa inggris sehingga kami sedikit memahami ucapan beliau. Disela-sela kami berbincang dengan Ibu Brenda dan Ibu Cristine satu persatu guru lain berdatangan mengambil secarik kerta dirak yang disediakan sekolah. Berbagai macam respon dari bapak/ibu guru Alfred Deakin mulai dari yang senang hingga kaget melihat kami diruang pertemuan dan mereka tanpa sukan menyapa kami dengan ucapan God Morning dan kami pun balas dengan Selamat Pagi, mereka pun kadang tersenyum dan tertawa dengan ucapan kami.

Satu hal yang menarik dari Bapak/Ibu gurunya yakni masalah pakaian. Tak tampak satupun yang menggunakan seragam kepegawaian seperti di Indonesia. Ada yang dating dengan Katok serta atasan Kaos, ada pula yang dating dengan pakaian sepeda Karen mereka berangkat menggunakan sepeda ke sekolah. Suatu pemandangan yang agak menggelikan bagi kita yang notabene menggunakan seragam ke sekolah. Namun demikian sambuta mereka sangat ramah dan bersahabat kepada kami.
Setelah Bel pelajaran dimulai kami diajak oleh kepala sekolah Tour untuk melihat sarana dan prasarana disekolah. Dari sinilah kekaguman itu muncul sebab isinya tidak mencerminkan desain luarnya. Sunggu luar biasa dengan peralatan lengkap dengan teknologi terkini dan saya pun hanya bias terkagum-kagum melihatnya. Mulai dari balkon yang tertata rapi serta dindingnya terpajang gambar motivasi, gambar para guru, serta karya-karya dari siswa-siswinya sungguh perpaduan yang sangat menarik untuk dipandang. Perpustakaan yang sangat nyaman untuk belajar dengan literasi yang sangat menarik untuk dibaca. Disana disediakan laptop yang bias dipinjam oleh siswa, tertata rapi dirak khusus dimana jika laptop ditaruh maka otomatis dia akan dicas sungguh hal yang menakjubkan bagi saya. Walaupun jam mengajar sudah mulai namu kami temukan beberapa siswa asyik diperpustakaan ada yang membaca buku ada pula yang asyik mendengarkan sesuatu dari HPnya. Yang membuat kami heran Kepala sekolahnya tidak marah melihat siswanya yang gak mau masuk ke kelas. Kami pun bertanya-tanya kenapa siswa tersebut gak mau masuk ke kelas? Melihat keheranan kami Kepala sekolahnya pun bertanya dan jawaban siswanya diluar dugaan kami. Ternyata siswa tersebut mengambil Mapel Pilihan yakni Bahasa Italia dan dia termasuk siswa yang cepat belajar sehingga dia lebih memilih belajar sendiri ketimbang ikut dikelas yang menghambat ia untuk belajar. Sungguh kesadaran yang luar biasa dari siswa tersebut untuk belajar lebih banyak dari teman2nya.
Kami pun diajak ke Kantor Ruang Matematika, disekolah ini disediakan kantor untuk masing-masing Mapel untuk memudahkan guru berdiskusi khusus tentang maple maupun siswa, Diruang tersebut terdapat perpustaan serta dapur. Kami pun diajak keberapa ruang kelas dan dijelaskan mengenai warna karpet yang berbeda2 didepan kelas. Ternyata eh Ternyata warna karpet menunjukkan kelas pada masing Mapel. Kelas Matematika ditandai dengan warna karpet kuning, sebab disini menggunakan system moving kelas. Pada masing-masing kelas dilengkapi dengan proyektor serta jaringan Interney yang bias digunakan oleh masing-masing siswa. Tour dilanjutkan ke Bengkel dimana disana sedang ada pembelajaran dimana siswa diminta membuat kincir angin dari bahan kaleng bekas dengan Lilin, sungguh pembelajaran problem solving yang menarik untuk ditiru.
Ruang olahraga sungguh Wow sebab lebih mewah dari Sport Center yang ada diSelong. Ruangannya luas yang bias digunakan untuk pertandingan basket dan cabang olahraga lainnya. Kami melihat guru yang membimbing siswa dalam olah raga tidaklah sendirian melainkan seperti Tim. Yang diajarkan sama tapi dibimbing oleh 4 guru. Disini tidak ada pemaksaan dalam pembelajaran, pada saat melakukan lari siswa tidak dituntut untuk harus menyelesaikan beberapa keliling. Namun siswa didorong untuk meningkatkan levelnya dalan hal lari. Bagi siswa yang tidak kuat lagi dipersilahkan untuk istirahat dan mereka bebas melakukan apa saja mulai dari yang duduk-duduk sambil dengar music, latihan dancing, ngobrol serta bermain-main dan tidak ada satupun guru yang marah. Sebab guru hanya mengarahkan bukan untuk memaksa. Diluar gedung terlihat lapangan yang sangat luas sekali dan digunakan oleh siswi untuk bermain tangkap bola (Gak Tahu nama olahragnya). Saya piker-pikir ini sekolah lebih luas dengan kampus saya dulu STKIP Hamnzanwadi Selong.
Setelah puas Tour, kami dipersilahkan mencari kelas matematika dan mengikuti proses belajar didialam kelas. Beberapa hal menarik yang bias saya pelajar didalam kelas yakni:
a. Penampilan tidak menjadi ukuran namun tidak cocok diterapkan di Indonesia
b. Siswa focus mendengar ketika ada penjelasan materi dari guru
c. Ketika diberikan tugas, siswa Nampak antusias mengerjakan dan bebas menggunakan gadget untuk menunjang mereka belajar, ada yang mendegar music saat bekerja ada pula yang menggunakan kalkulator.
d. Guru mennggunakan Spidol warna warni untuk meberikan penekanan materi yang berbeda
e. Siswa menggunakan warna bolpoin yang beragam untuk mencatat hal ini untuk memudahkan mereka memahami penjelasan guru.
f. Tidak ada pemaksaan dari guru, bagi siswa yang butuh bantuan guru dengan sigap memberikan bimbingan sedangkan siswa yang ogah untuk belajar tidak dipaksa untuk mengerjakan tugas. Pemandangan yang sngat kontras di Indonesia dimana kita memaksakan semua siswa untuk memahami semua Mapel.
g. Papan terbuat dari logam sedangkan Penggaris dan Penghapus ditempeli magnet sehingga memudahka guru untuk menggunakannya.
h. Disemua kelas ditempeli gambar yang berkaitan dengan konsep matematika untuk meransang siswa agar tertarik belajar matematika.
i. Ada siswa yang lengannya cedera yang membuat dia tidakb bias menulis. Namun yang dilakukan sungguh luar bias. Walaupun cedera dia tetap aktif menyelesaikan tugas yang diberika guru dengan cara mengetik langsung jawabannya di Laptop.
j. Suasana belajarnya santai dan siswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri
Saat Istirahat kami berkumpul dengan semua guru diruang pertemuan. Walaupun kami tidak saling memahami bahasa namun mereka ramah dalam menyapa kami. Tak sungkan mereka menegur dengan bahasa yang kami pahami yakni God Morning dan Selamat Pagi. Merekapun tidak malu mendekati kami serta mengajak kami walaupun tidak saling memahami. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa dimana dinegeri orang yang kami tidak kenal kami sangat dihormati dan dihargai. Disela-sela Morning Tea mereka berdiskusi tentang permasalahan didalam kelas dan membicarakan program kerja selanjutnya. Etos kerja yang patut kami tiru mulai dari kedisiplinan serta tata karma dalam menyambut tamu.
Selain melihat pembelajaran matematika kami pun diajak oleh Ibu Cristine untuk mengikuti kelas Bahasa Indonesia. Pengen ketawa mendengar siswa-siswinya menyapa kami dalam bahasa Indonesia. Mulai dari memperkenalkan diri, bertanya tentang hobi dan alamat sungguh pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Bagaiman tidak saya yang sangat kesulitan dalam Pronounciation dalam Bahasa Inggris juga dialami oleh siswa-siswinya yang belajar bahasa Indonesia. Pengalama It’s Wonderfull

2. Lyneham High School (17 Pebruari 2016)
Tampak diluar memang sekolah ini biasa-biasa saja tidak ada yang special. Setalah bertemu dengan Ibu Valerie kemudian kami dipersilahkan memasuku sekolah. Tampaklah keistimewaan sekolahnya dengan sarana yang wow. Tampa disangka sekolah ini juga sangat luas terdiri dari 3 koridor utama yang menghubungkan antar ruangan. Disepanjang koridor terdapat brangkas untuk menyimpan peralatan siswa-siswinya. Buku paket ditaruh disana sehingga siswa gak perlu membawa capek-capek buku paketnya. Sambutan siswa dan gurunya juga sangat ramah walaupun kami tidak saling memahami bahasa. Kata-kata Good Morning, Thank You merupakan kata-kata yang langsung secara otomatis terucap dari bibir mereka. Sungguh budaya yang patut dicontoh walaupun gak saling kenal namun tetap saling sapa. Oleh Ibu Valerie kami dikenalakan salah satu gurunya yakni Ibu Noor Idris. Awalnya kami menyangka bahwa guru tersebut adalah laki-laki sebab ditanda pengenalnya menggunakan nama kedua yakni Idris. Ternyata Ibu guru Noor berasal dari Singapura mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Walaupun memahami bahasa kami namun beliau lebih banyak menggunakan bahasa melayu/Malaysia jika dalam konteks Bahasa Indonesia terdengar lucu.
Kami diajak diruang pertemuan untuk diberikan jadwal pengajaran serta peta sekolah. Dari petanya terlihat memang betul-betul sekolah yang luas. Kami lalu diantar ke ruang Matematika disana kami diberikan alat peraga oleh ibu Valerie dan menjelaskan penggunaan balon udara untuk mengajarkan operasi bilangan bulat. Banyak sekali rasa ingin tahu dari sosok Ibu Valerie namun karena keterbatasan Bahasa rasa penasaran itu sampai saat ini saya pendam.
Kelas pertama kami dikelas Bapak Chivasa yang berasal dari Zimbabwe. Soal penampilan jangan ditanya dech, guru menggunakan katok dan kaos. Diperkenalkan dengan Bapak Chivasa sebagian besar merespon dengan mengucap say hello kepada kami. Dengan sarana computer dan Proyektor yang telah tersedia didalam kelas dimanfaatkan untuk menampilkan materi pelajaran. Spidol yang warna warni dimanfaatkan secara efektif untuk membelajarkan siswa. Sebuah cara yang efektif untuk menekankan sebuah konsep serta konsep dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi selanjutnya. Ternyata cara mengajar guru-guru disini tak jauh beda dengan cara guru-guru di Indonesia. Guru menjelaskan lalu siswa disuruh mengerjakan soal latihan. Dalam hal mengerjakan soal latihan ada hal mencolok dengan cara diIndonesia. Dimana disini siswa dibebaskan untuk berbuat apa saja ketika mengerjakan tugas. Ada yang mendenga music lewat Headset, ngobrol sama teman, makan, bercanda dengan teman dan ada pula yang serius belajar. Satu hal yang saya salut yakni tanggung jawab siswa, walaupun sambil ngobrol mereka tetap mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa yang mengerjakan tugas , siswa juga yang mengecek jawabannya dikunci jawaban yang telah disediakan Buku Paket. Kejujuran siswanya juga patut dicontoh oleh siswa-siswa kita sebab mereka akan memberikan penilain atas tugas dirinya sendiri dengan jujur.
Setelah selesai dikelas Bapak Chivasa dilanjutkan ke kelasnya Bu Noor Idris belajar Bahasa Indonesia. Ibu Noor sudah menyiapkan tugas ke siswanya untuk mengajak kami Tour sekolah. Dalam tugas tersebut siswa diwajibkan mengunjungi sebuah ruangan dan mencatat Informasi yang diberikan guru. Saya yang hanya bias Bahasa Inggris standard dan Siswa yg baru belajar bahasa Indonesia suatu komposisi kelompok yang menarik. Dalam tugas tersebut kayaknya bukan menggunakan bahasa Indonesia Baku melainkan Bahasa Melayu/Malaysia yang membuat saya sulit memahaminya. Membaca kalimatnya membuat saya pengen ketawa. Tapi untunglah ada Siswa yang Bernama Malou keturunan Papua Nugini yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-temannya. Tour yang diberikan oleh Bu Noor sungguh mengesankan karena dibarengi dengan tugas untuk siswa-siwinya. Sehingga Bu Noor tidak repot-repot lagi mendampingi kami mengeliling sekolah dan beliau pun dapat melakukan penilaian terhadap siswa-siswanya, sungguh cara mengajar yang efektif dan menjamu seorang Tamu I like it.
Pada jam terakhir kami dikelas Pak Gerstenberg. Hanya satu kata dari saya HAHAHAHAHA Sudah 7 kelas kami masuki dan kami faham alur cerita pembelajarannya. Tapi dikelas ini saya hanya ingin ketawa sebab beliau sangat Atraktif dalam mengajar namun saya gak negerti Materi yang diajarkan. Ada satu siswa yang sejak dating sampai pulang mendengarkan music lewat Headsetnya dan tak sedikitpun sang guru menegurnya. Empat orang siswa kerjaannya main-main dan seorang siswi pengennya makan aja membuat saya agak geli melihat kejadian tersebut. Mungkin guru Indonesia akan stress melihat tingkah polah siswa-siswa tersebut namun disini memang tidak ada paksaan untuk bias bagi siswa-siwanya. Mereka para guru memberikan peluang siswanya untuk memilih sendiri maple yang ingin ditekuni. Namun demikian ketika guru menjelaskan mereka diam mendengarkan.
Diakhir pembelajaran kami diajak Poto bersama dengan Ibu Valerie dan Ibu Noor Idris lalu diberikan hadiah oleh sekolah. Karena Bus Penjemputan datan tinggal 1 jam lagi, kami diajak oleh Bu Noor untuk tour ke sekolah. Hanya bias geleng-geleng kepala dan berkata wow dengan fasilitas sekolah yang baru SMP melebihi fasilitas kampus saya di Lombok. Gak salah memang jika mereka ahli dalam biang IT, Pertukangan dan sebagainya. Sebab pemerintah mereka menyedia Sarana yang gak tanggung-tanggung banyaknya. Sungguh pengalaman yang luar biasa bias melihat sekolah denga taraf Internasional. Dan hanya Bilang It’s Amazing

3. Radford College (16 Pebruari 2016)
Kunjungan ke sekolah ini gak ada yang special selain bangunannya yang mewah. Gak ada sambutan dari gurunya dan kita mencari sendiri kelas yang dimasuki, sungguh pengalaman yang kurang enak bagi kami karena terasa kurang dihargai seperti dua sekolah sebelumnya. Cara mengajar gurunya juga hal yang biasa di Indonesia. Yakni guru menjelaskan lalu siswa mengerjakan tugas. (@ismail).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar